PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI SOLUSI PENANGANAN KESEHATAN MENTAL PADA GENERASI ALPHA. OLEH: Charisma Nurwiyono Putri, S.Pd

Menghadapi
tantangan kesehatan mental yang semakin kompleks, generasi alpha, yang tumbuh
di tengah era digital, menemui risiko yang lebih tinggi terkait dengan fenomena
bullying dalam media sosial. generasi alpha terpapar pada dunia maya
sejak usia dini, menjadikan generasi alpha rentan terhadap pengalaman bullying
yang lebih intens dan seringkali tanpa batas. Bullying di media
sosial bukan lagi sekadar perundungan sebaya, tetapi juga melibatkan tekanan
dari berbagai pihak, yang dapat meningkatkan dampak negatifnya pada kesehatan
mental anak-anak.
Dalam
penelitiannya, Oktaviana menyimpulkan bahwa fenomena bullying di media
sosial telah mengalami evolusi dan menimbulkan dampak yang serius pada
kesehatan mental generasi alpha. Oktaviana menyoroti bahwa karakteristik dari bullying
di era digital ini tidak hanya mencakup aspek perundungan sebaya, tetapi
juga melibatkan tekanan dari berbagai pihak, termasuk orang dewasa, anonim, dan
bahkan pihak-pihak yang tidak dikenal secara langsung (Oktaviana, 2014).
Generasi
alpha masih menjadi perbincangan atau pembahasan pada masa ini, dengan dilakukan
seminar-seminar terkait kiat-kiat untuk menghadapi generasi alpha baik dalam mendidik
generasi alpha bagi orang tua atau pendidik dan metode mengajar yang tepat
untuk generasi tersebut, serta lain sebagainya. Seperti yang telah disampaikan
oleh Pinkan Margaretha seorang Psikolog di suatu seminar parenting yang
dilakukan secara offline dan online melalui platform youtube, kesejahteraan
mental generasi alpha menjadi isu yang sangat penting dibahas pada saat ini
(Truth.id, 2022).
Permasalahan
kesejahteraan mental yang dimaksudkan disini adalah anak merasakan rasa cemas
atau kecemasan karena otak mereka sudah dipenuhi dengan terlalu banyaknya
informasi, anak-anak sudah diperhadapkan dengan kenyataan hidup yang memberikan
mereka banyak opsi atau pilihan dan itu akan membuat lelah. Bahkan dalam buku
yang ditulis oleh Mark McCrindle dan Ashley Fell yang merupakan pakar
penelitian sosial, buku dengan judul “Generation Alpha” disampaikan bahwa topik
kesejahteraan untuk generasi alpha baik dalam kesehatan fisik dan mental sangat
perlu dipertimbangkan (Hale, 2022, hlm. 242). Generasi alpha lahir dan hidup di
zaman teknologi yang canggih sehingga ini memungkinkan adanya tantangan bagi
orang tua dan pendidik dalam tumbuh pesatnya teknologi, kepuasan segera,
ketergantungan pada perangkat elektronik, perkembangan sosial dan kognitif
anak-anak yang berlangsung, gaya hidup yang semakin terpola, serta fenomena
intimidasi dalam dunia maya terhadap tumbuh kembang anak (Hale, 2022, hlm.
242).
Menurut
jurnal yang ditulis oleh Ishak dan kawan-kawan yang telah mengutip tulisan dari
Mc Crindle mengenai generasi alpha yang dikelompokkan berdasarkan tahun lahir
2011-2025, menyatakan bahwa generasi ini akan cenderung bergantung pada
perangkat elektronik, memiliki keterbatasan dalam interaksi sosial, kekurangan
dalam aspek kreativitas, cenderung bersifat individualistik, menginginkan hasil
instan, serta kurang menghargai proses. Bahkan, ketergantungan generasi Alpha
pada perangkat elektronik atau gadget dapat membuat mereka merasa terasing dari
lingkungan sosial (Fadlurrohim dkk., 2019, hlm. 180).
Inilah
yang menjadi isu terkini atau permasalahan yang sedang banyak dibahas mengenai
generasi alpha yaitu kesejahteraan mental atau kesehatan mental dari anak-anak
generasi alpha. Hal yang sangat serius untuk dibahas bersama-sama dan ditemukan
suatu solusi yang tepat untuk membantu menghilangkan kekhawatiran orang tua dan
membantu orang tua untuk bertindak jauh lebih tepat lagi dalam mendidik anak
generasi alpha.
Gangguan kesehatan mental masa kanak-kanak yang umum
terjadi adalah
1. Gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas (ADHD): lebih dari 9% anak-anak telah menerima
diagnosis ADHD.
2. Kecemasan: Antara
tahun 2016 dan 2019, profesional layanan kesehatan mendiagnosis lebih dari 9%
anak-anak berusia tiga hingga 17 tahun menderita kecemasan.
3. Depresi: Pada
periode yang sama, lebih dari 4% anak-anak berusia tiga hingga 17 tahun
didiagnosis menderita depresi.
4. Gangguan lainnya:
Satu dari enam anak berusia antara dua dan delapan tahun mungkin didiagnosis
menderita gangguan mental, perilaku, atau perkembangan.
Berdasarkan
hasil penelitian terbaru tentang wawasan digital bagi generasi muda yang
dilakukan oleh Totally Awesome, terungkap bahwa permainan (game) merupakan
saluran utama yang digunakan oleh remaja. Data menunjukkan bahwa sebanyak 59%
generasi alpha di Indonesia mengakui bahwa bermain game memberikan kenyamanan
saat mereka merasa cemas atau stres. Dalam hal membangun hubungan sosial dan
mengekspresikan diri, generasi muda semakin melihat permainan sebagai
lingkungan utama untuk berinteraksi satu sama lain. Permainan bukan hanya
dianggap sebagai bentuk hiburan semata, tetapi juga telah menjadi wadah baru
bagi mereka dalam berinteraksi sosial (Mamduh, 2023).
Peneliti
sekarang lebih fokus kepada generasi alpha yang sudah menggunakan gadget dan
game online, maka untuk itu mereka perlu diajarkan permainan tradisional yang
membantu mereka untuk memiliki aktivitas fisik, seperti permainan tradisional. Mungkin
mereka belum mengenal atau tahu banyak tentang permainan-permainan tradisional
yang pernah orang tua atau kakek nenek mereka lakukan dahulu. Dengan demikian permainan
tradisional adalah salah satu asumsi Solusi dari peneliti untuk meningkatkan
kesehatan mental generasi alpha yang sudah kecanduan dan enggan berpisah dengan
gadgetnya. Permainan tradisiona sangat seru dan mampu membangun hubungan
interaksi anak dengan teman-teman serta lingkungannya. Maka, manfaat yang
diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah anak dapat mengenal permainan tradisional
dan anak dapat melakukan aktivitas fisik lain sebagai pengganti permainan game
online di gadget.
Anak-anak
yang terlahir pada era teknologi yang sangat modern ini sebagian besar tidak tahu
atau bahkan tidak mengenal sama sekali tentang permainan tradisional yang
pernah orang tua mereka mainkan di masa kecilnya. Anak-anak lebih tertarik
dengan permainan game online di gadget atau smartphone mereka, karena permainan
itu lebih mudah dimainkan dimana saja.
Dalam
permainan tradisional, anak-anak memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan
kreativitas mereka dan memahami berbagai budaya dari daerah-daerah tertentu.
Seiring dengan kemajuan zaman, permainan tradisional semakin jarang dimainkan oleh
anak-anak, terutama karena perkembangan teknologi yang tidak dapat dihindari di
kalangan mereka. Fenomena ini menyebabkan kurangnya pengetahuan anak-anak
tentang keragaman permainan tradisional. Faktor lain yang berperan adalah
kurangnya ruang bermain anak, yang menjadi hambatan bagi anak-anak untuk
terlibat dalam permainan tradisional. Selain itu, kemajuan teknologi juga
berkontribusi pada kurangnya kesadaran anak-anak terhadap permainan
tradisional. Penting untuk dicatat bahwa penggunaan gadget pada anakanak di
bawah umur dapat berdampak negatif, termasuk kerusakan mata akibat paparan
radiasi yang berlebihan. Kecanduan bermain gadget dapat menyebabkan dampak
serius seperti risiko kanker otak dan kerusakan saraf mata, sehingga memberikan
efek yang merugikan bagi kesehatan anak (Syarifah, 2022).
Salah
satu cara menanggulangi masalah kecanduan gadget pada anak adalah dengan metode
permainan tradisional. Upaya untuk mengurangi dampak buruk penggunaan gadget
pada anak-anak semakin diperkuat dengan menghidupkan kembali permainan
tradisional. Permainan tradisional memiliki banyak manfaat baik untuk fisik
anak bahkan mental atau psikologis anak-anak generasi Alpha.
Permainan
tradisional juga bisa dijadikan salah satu solusi untuk meningkatkan kesehatan
mental generasi alpha (Admin, 2018). Dari permainan tradisional anak dapat bermain
di luar ruangan sehingga anak dapat mengurangi waktunya dalam bermain gadget. Mungkin
anak generasi alpha akan sulit untuk dilepaskan dari game online di gadget,
tapi kebiasaan ini dapat ditanggulangi dengan bermain di luar ruangan bersama
teman-teman sebaya atau dengan keluarga. Permainan yang memiliki banyak manfaat
dan telah ada sejak dulu di Indonesia ini adalah permainan-permainan
tradisional dari setiap daerah. Maka, permainan tradisional ini perlu
dipertimbangkan lagi untuk dijadikan salah satu solusi atau usaha preventif
bagi anak-anak yang sudah kecanduan gadget.
Manfaat
lain dari permainan yaitu diantaranya adalah mendukung perkembangan kognitif,
mengasah kemampuan motorik, meningkatkan koordinasi tangan dan mata,
meningkatkan koordinasi bilateral, membantu anak mengenal matematika, dan
mengasah keterampilan sosial (Utari, 2022).
Namun
lebih tepatnya semua permainan tradisional dapat meningkatkan kesehatan fisik
dan mental anak-anak generasi alpha yang sudah kecanduan gadget atau game
online. Mengalihkan waktu anak untuk melakukan kegiatan tanpa gadget sangat
membantu anak untuk lebih hidup di dunia nyatanya sehingga anak juga dapat
terhindar dari sakit yang tidak diharapkan di masa pertumbuhan dan
perkembangannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, F. (2022). Generasi Alpha:
Tantangan dan Kesiapan Guru Bimbingan Konseling dalam Menghadapinya. At-Taujih
: Bimbingan Dan Konseling Islam,
5(2),Article2.https://doi.org/10.22373/taujih.v5i2.16093https://lib.unnes.ac.id/48864/1/BUKU%20ZULIYANTI_%202021_Cetak.pdf
Fadlurrohim, I., Husein, A., Yulia, L., Wibowo,
H., & Raharjo, S. T. (2019). MEMAHAMIPERKEMBANGAN ANAK GENERASI ALFA DI ERA
INDUSTRI 4.0. Focus :Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(2),
Articlehttps://doi.org/10.24198/focus.v2i2.26235
Hale, M. (2022). Generation Alpha.
EDULEAD: Journal of Christian Education andLeadership, 3(2),
240–245.https://doi.org/10.47530/edulead.v3i2.126
Syarifah, T. (2022, Desember).
Berkurangnya Minat Anak Bermain
Tradisional.kumparan.https://kumparan.com/thaghrina-syarifah/berkurangnya-minat-anak-bermain tradisional-1zOOCDh2Otb
Truth.id (Direktur). (2022, Desember
17). PARENTING SEMINAR 101 | MENDIDIK GENERASI ALPHA | Pdt. Dr. Erastus Sabdono
& Pinkan Margaretha M.Psi. https://www.youtube.com/watch?v=yIldoquz5EE